Rabu, 11 Mei 2011

pantai tambak asri

Garis pantai yang memanjang sepanjang wilayah Malang selatan seakan tak habis menawarkan pesonanya sendiri mulai dari pantai yang sudah terkenal hingga yang masih ‘tersembunyi’ dan asri. Berikut hasil jalan-jalan tim Pernik.
Pukul 9 pagi, tim Pernik sudah mulai memasuki jalan-jalan Kabupaten Malang menuju sebuah pantai yang kabarnya masih asri, bahkan belum dikenal sebagian besar warga Malang. Pantai Tambakasri namanya. Dengan berbekal informasi dari orang yang pernah pergi ke sana, akhirnya tim Pernik memberanikan diri menuju lokasi yang berjarak ±85 km dari pusat Kota Malang dan kabarnya letaknya tidak jauh dari Pantai Sendangbiru yang terkenal itu.
Setelah melewati Kecamatan Turen, perjalanan masih harus dilanjutkan lagi ke arah Sumbermanjing Wetan. Tak tampak rambu arah menuju Pantai Tambakasri ini, hanya rambu menuju Pantai Sendangbiru dan daerah Sitiarjo. Sebelum sampai tujuan, ada beberapa desa yang harus dilewati terlebih dahulu di antaranya Desa Druju, Desa Argotirto, Desa Sumberagung, Desa Sitiarjo, Desa Kedungbanteng, dan Desa Tambakasri. 


Rute yang Menantang
Untuk menuju pantai yang berada di wilayah Desa Sidoasri ini, pengunjung dituntut memiliki stamina yang prima karena jalurnya yang jauh, lintasannya yang berkelok-kelok, curam dan jalannya yang terjal. Namun, perjalanan yang jauh dan melelahkan itu akan terhibur dengan indahnya panorama jajaran pegunungan yang bisa disaksikan lewat kanan kiri jalan menuju Pantai Tambakasri.
Tidak seperti perjalanan ke pantai pada umumnya yang didominasi jalanan menurun, perjalanan menuju Pantai Tambakasri didominasi oleh jalanan yang menanjak. Sebelum mencapai lokasi, pemandangan menakjubkan tersaji di sepanjang perjalanan dari rerimbunan semak liar, berbagai jenis pepohonan, tebing batu yang tampak seperti gua, hingga air terjun. Dari jalanan di ketinggian tersebut kami dapat menikmati horizon hijau yang membentang luas. Puluhan kilometer yang harus dilalui untuk sampai ke pantai yang kerap disebut Pantai Perawan itu terasa begitu berkesan.
Namun, meski pemandangan begitu memukau, tim Pernik harus tetap waspada karena sedikit lengah dan oleng saja, jurang menganga menanti di satu sisi jalan. Selain itu, kendaraan pada jalur perjalanan menuju kecamatan Sumbermanjing Wetan cukup padat. Beberapa mobil, truk, dan sepeda motor merambat pelan di jalan yang menanjak itu.
Sesekali kami merasakan guncangan akibat melalui jalan yang rusak dan berlubang. Lubang-lubang itu beberapa telah diperbaiki seadanya, namun tak sedikit pula yang dibiarkan menganga. Kondisi jalan yang rusak itu bertambah parah ketika tim Pernik memasuki Desa Kedungbanteng. Jalanan didominasi bebatuan.
Akhirnya, tim Pernik pun memasuki desa yang akses jalannya bisa dikategorikan sangat terjal, yaitu Desa Kedungbanteng dan Desa Tambakasri. Di samping itu, jalanan yang licin, berbatu, dan curam di area pegunungan tersebut membuat medan harus dilalui dengan sangat hati-hati. Ruas jalan yang hanya ditutupi batu gamping berwarna keputihan dengan sedikit campuran tanah yang kemerah-merahan bisa menjadi tantangan bagi mereka yang gemar melakukan perjalanan menantang alam.
Karena sulitnya medan yang ditempuh, tim Pernik berjalan kaki selama sepuluh menit untuk melewati tanjakan yang cukup terjal. Namun, kita tidak harus memakai mobil jeep atau motor trail untuk mencapainya. Cukup dengan keadaan kendaraan yang fit termasuk juga suspensinya.
Begitu semakin mendekati lokasi, segera saja perasaan tegang dan lelah sirna begitu melihat hamparan pasir dan air laut di antara rerimbunan pohon yang terdapat di kanan dan kiri jalan. Itulah Pantai Tambakasri. Dari sini jalan sudah didominasi dengan turunan.
Di kejauhan, tampak rumah-rumah penduduk berjajar rapi sampai sekitar 5 km dari bibir pantai. Sementara itu, sekitar 3 km dari pantai terbentang hamparan sawah nan hijau. Di ujung sawah nampak beberapa pohon bakau dan kelapa tegak berdiri.
Pantai Alam
Setelah sampai di lokasi, hembuasan angin semilir menyapu keletihan kami. Padi yang baru tumbuh tampak menghijau menyemarakkan latar panorama pantai yang biru. Tepat di depan mata terpampang jelas hamparan pasir putih kecoklatan membentuk huruf ‘U’. Memang, bentuk Pantai Tambakasri menyerupai teluk kecil.
Menurut warga setempat, kondisi rute dan fasilitas yang memang belum ada membuat Tambakasri masih cenderung sepi. Atik, salah satu warga yang tinggal dekat dengan bibir Pantai Tambakasri, mengaku belum pernah melihat ada wisatawan asing yang mengunjungi pantai yang memiliki bibir pantai sepanjang 2 km itu. “Yang biasa datang ke pantai ini kebanyakan orang Dampit, Turen, dan Sumbermanjing sendiri. Sedikit sekali orang luar Malang yang datang ke pantai ini. Apalagi turis asing,” ungkapnya.
Sementara itu, Puji, salah satu warga Desa Sidoasri mengatakan bahwa di sana sering ada ikan lumba-lumba. “Di sini juga sering ada ikan nyasar. Ada juga penyu yang datang untuk bertelur,” ungkap Puji yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan itu.
Pantai Tambakasri ternyata juga memiliki pulau yang melindungi pantai dari ombak besar. Jika kita berada di bibir pantai dan menghadap ke laut, tampak batu karang besar yang seakan-akan melindungi pantai dari ombak yang berasal dari laut lepas. Warga menyebutnya dengan nama Pulau Yangke.
Pulau Yangke merupakan batas antara Pantai Tambakasri dengan Samudra Hindia. Sebelah selatan Pulau Yangke langsung berhadapan dengan Samudra Hindia. Sedangkan di utaranya adalah Pantai Tambakasri. Berbeda dengan pulau pada umumnya, Pulau Yangke tidak dapat dikunjungi karena berupa batu karang tajam.http://bestari.umm.ac.id/index.php/laporan/pernik-malang/255-mengintip-pesona-perawan-tambakasri

1 komentar: